Lahan marginal yaitu lahan kering yang memiliki kandungan hara terbatas. Bila tanaman semusim ditanam pada usaha tani lahan marginal maka produktivitasnya relatif rendah serta mengalami kondisi susah sosial ekonomi, seperti peningkatan tekanan penduduk dan kondisi susah biofisik. Salah satu contoh lahan marginal yaitu lahan pasir pantai. Lahan pasir pantai yaitu salah satu lahan yang memiliki banyak elemen keterbatasan dan menjadi kendala bagi para petani untuk mengerjakan budidaya tanaman. Lahan pasir sungguh-sungguh minim akan bahan organik, hal hal yang demikian yang menyebabkan lahan pasir memiliki kekuatan bet 10 ribu ikat air yang rendah, dan menyebabkan perubahan suhu yang drastis.

Lahan marginal dapat disebabkan oleh adanya degradasi lahan pengaruh abrasi, pemadatan tanah pengaruh penggunaan mesin pertanian, banjir, dan genangan. Selain itu, juga disebabkan oleh kemunduran sifat kimia pengaruh pengerjaan penggaraman (salinization), pengasaman (acidification), dan pencemaran (pollution) bahan agrokimia, serta pengurasan unsur hara tanaman. Erosi dapat menurunkan mutu tanah karena tanah lapisan atas yang relatif subur akan kehilangan banyak bahan organik dan unsur hara tanah.

Keadaan lahan marginal memiliki potensi dan produktivitas yang rendah. Kecuali hal yang demikian kelihatan dari kesuburan tanah, baik kesuburan kimia, fisik maupun biologi tanah, serta ketersediaan air yang rendah. Lahan marginal di Indonesia banyak dijumpai pada lahan basah maupun lahan kering. Lahan basah berupa lahan gambut, lahan sulfat masam dan rawa pasang surut seluas 24 juta ha, sementara lahan kering kering berupa tanah Ultisol 47,5 juta ha dan Oxisol 18 juta ha.

Pengembangan penggunaan lahan marginal dapat dioptimalisasi dengan strategi pendekatan ekosistem melalui pembetulan kesuburan tanah dan pemilihan beragam ragam tanaman pangan yang layak dan menguntungkan. Optimalisasi pemanfaatan lahan marginal kering dapat dijalankan dengan meningkatkan ketersediaan air tanah, pengolahan lahan, dan slot habanero pemanfaatan sumber kekuatan alam yang tersedia. Selain itu, juga dapat dijalankan dengan menambahkan bahan amelioran, seperti kapur, bahan organik, dan batuan fosfat alam (BFA).

Upaya pemanfaatan sumber kekuatan lahan marginal sebaiknya lebih dipusatkan pada daerah-daerah yang memiliki potensi seperti ketersediaan ruang terbuka hijau sebagai kawasan resapan dan sebagainya. Salah satu tanaman yang dapat dibudidayakan pada lahan marginal yaitu tanaman yang berlahan kering dengan budidaya tanaman jagung. Sebagai contoh, di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, terdapat beragam tanaman semusim seperti ubi kayu, jagung, dan kedelai, serta tanaman tahunan seperti melinjo yang dibudidayakan di lahan marginal. Kecuali ini memperlihatkan bahwa tanaman jagung yaitu salah satu tanaman yang dapat dibudidayakan pada lahan marginal (Murwati,2018).

Lahan marginal berpotensi untuk diciptakan lahan budidaya produksi tanaman pangan, seperti padi gogo, jagung, kelapa sawit, ubi jalar, dan kacang tanah. Selain berpotensi untuk budidaya tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan, lahan marginal juga dapat dimanfaatkan untuk usaha peternakan. Kecuali hal yang demikian memperlihatkan bahwa potensi pemanfaatan lahan marginal sungguh-sungguh besar. Pemanfaatan lahan marginal sanggup menjaga stabilitas ketahanan pangan dan peningkatan perekonomian petani, menjaga slot bet 100 kelestarian ekosistem serta mengurangi pembukaan lahan pertanian dari lahan hutan.